Nikmati pemandangan spektakuler dan pengalaman berkesan dalam ‘Once in a Lifetime Journey’ ini.
Jika kita ikut tur ke Swiss, dan salah satu destinasinya adalah Interlaken, maka tak perlu pikir panjang, kita harus ikut tur yang ke Jungfraujoch, baik itu memang ada dalam itinerary tur ataupun sebagai tur optional. Tak lain karena destinasi wisata yang dikenal sebagai ‘Top of Europe’ ini menawarkan pemandangan alam yang luar biasa, baik selama perjalanan maupun ketika telah sampai ke destinasi ini.
Untuk menuju Jungfraujoch kita mesti naik kereta. Tepatnya, naik tiga kereta berbeda. Pertama, dari stasiun Interlaken Ost kita naik kereta Bernese Oberland Bahn yang berwarna biru-kuning, menuju Lauterbrunnen atau Grindelwald. Rute melalui Lauterbrunnen yang disebut ‘classic route’ lebih disukai karena menawarkan pemandangan keren terutama kalau kita duduk di sisi kanan kereta. Sedangkan rute melalui Grindelwald biasanya dipakai oleh wisatawan yang hendak ke Grindelwald-First untuk menikmati flying fox di atas salju atau bersepeda trottibike saat musim panas.
Dari Lauterbrunnen atau Grindelwald kita berganti kereta Wengernalpbahn yang berwarna hijau-kuning menuju Kleine Scheidegg. Nah, bagi yang berangkat dari Lauterbrunnen, sesaat setelah kereta meninggalkan stasiun, bersiap-siaplah melihat sisi kanan karena kita akan melihat lembah yang dalam dan panjang sekali bak di negeri dongeng, dengan sebuah air terjun yang tinggi sekali, Staubbach Waterfall, mencurahkan airnya dari atas bukit.
Dari Kleine Scheidegg kita akan naik kereta Jungfraubahn yang berwarna merah menyala untuk menuju Jungfraujoch. Kota kecil Kleine Scheidegg ini berada di ketinggian 2.061 meter di atas permukaan laut (mdpl), sedangkan stasiun Jungfraujoch berada di ketinggian 3.454 mdpl. Tidak heran jika jalur kereta api listrik ini mempunyai gerigi di tengah, yang berfungsi menahan kereta supaya tidak merosot lagi. Karena kebutuhan daya listrik yang tinggi, di jalur sepanjang 9,34 km ini juga hanya boleh ada satu kereta yang naik atau turun dalam satu waktu. Energi listrik yang dihasilkan dari kereta yang turun disimpan untuk membantu kereta yang naik. Energi utamanya sendiri disuplai dari dua stasiun pembangkit listrik tenaga air dari sungai di kota Lutschinen, agak jauh di bawah Kleine Scheidegg.
Saat musim dingin, yang terlihat dari kaca kereta mungkin hanya salju dan salju, yang menimbuni pohon-pohon pinus dan pondok-pondok kayu yang biasanya disewakan saat musim panas, serta puncak-puncak gunung yang memagari Pegunungan Alpen Swiss.
Setelah melewati stasiun Eigergletscher, tidak ada lagi pemandangan yang akan kita lihat, karena sekarang jalur kereta ini berada di dalam perut gunung. Kereta kemudian berhenti di stasiun Eigerwand (2.865 mdpl), di dalam perut Gunung Eiger. Para penumpang bisa turun untuk melihat ‘dunia luar’ dari kaca pandang di dinding gunung ini. Saat cuaca cerah, kita bisa melihat kota Kleine Scheidegg dan Grindelwald, serta gunung-gunung, lembah, dan padang rumput yang membentang hingga jauh.
Di stasiun berikutnya, Eismeer, yang ada di perut Gunung Monch, kereta juga berhenti sejenak dan para wisatawan bisa turun untuk melihat pemandangan Aletschgletscher, glacier sepanjang 16 kilomenter dan terpanjang di Eropa, yang membentang hingga jauh ke bawah, serta pemandangan awan-awan putih yang menyelimuti puncak-puncak gunung salju.
Tak lama, setelah menempuh panjang terowongan 7,6 kilometer, akhirnya kita akan sampai ke Jungfraujoch, destinasi wisata yang disebut-sebut ‘mesti didatangi sekali seumur hidup’.
Stasiun yang ada di dalam perut gunung ini -sekitar 704 meter di bawah puncak Gunung Jungfrau- dilengkapi lima restoran, kafe, lounge, dan toko suvenir. Produsen cokelat ternama Lindt juga tak ketinggalan membuka tokonya di sini. Tak heran jika destinasi yang buka sepanjang tahun ini ramai oleh wisatawan. Konon, pengunjung Jungfraujoch mencapai 800 ribu wisatawan per tahun.
Di stasiun Jungraujoch ini, melalui salah satu pintu keluar, kita bisa berjalan-jalan di atas salju di Plateau, punggungan gunung yang menuju puncak Jungfrau, kalau ingin bisa melihat Aletschgletscher secara lebih puas. Namun perlu diingat, kita mesti memakai baju musim dingin yang lengkap karena suhu di sini bisa mencapai -9 oC, dan cuaca juga bisa cepat berubah dari cerah-ceria menjadi tiba-tiba mendung dan berkabut tebal.
Tak jauh dari sini ada Snow Fun, sebuah taman salju yang buka saat musim panas. Kita bisa bermain ski, meluncur dengan kereta atau papan ski, atau melayang bergelantungan di atas salju. Jadi, meski musim panas, pengunjung tetap bisa bermain salju seperti layaknya di musim dingin.
Kalau badan sudah menggigil, kita bisa menghangatkan diri di resto Berghaus (artinya: ‘rumah di atas awan’). Resto yang dibangun tahun 1924 ini terletak di bibir jurang Aletschgletscher, sehingga kita bisa memandang salju mengepul di puncak-puncak gunung dari balik kacanya sambil menyesap kopi atau menikmati cheese fondue panas khas Swiss.
Dari resto ini, dengan naik lift, kita juga bisa ke teras stasiun pengamatan cuaca yang dibangun tahun 1931, dengan kubah kerennya yang disebut Sphinx. Dari teras stasiun cuaca ini, saat cuaca cerah Aletschgletscher yang putih kebiruan memanjang hingga jauh sekali, dan orang-orang ‘tahan dingin’ yang berjalan-jalan di atas salju di punggungan gunung akan terlihat seperti semut.
Kalau sudah menggigil lagi, kita bisa turun untuk menghangatkan badan dengan menikmati wahana-wahana wisata indoor Alpine Sensation. Dimulai dari Jungfrau Panorama, yaitu tontonan multimedia pemandangan puncak Jungfrau. Dengan dinding-dinding teater yang berbelok-belok sebagai penayangnya, menghadirkan sensasi seperti menonton bioskop 360 derajat. Dari sini, memasuki lorong yang diterangi lampu-lampu berbentuk bunga edelweis, kita akan sampai ke Little Dreams of Switzerland, ruangan berbintang-bintang dengan sebuah bola kristal besar di tengahnya. Bola kristal ini menggambarkan suasana pedesaan di pegunungan Swiss dengan kereta-kereta gantung mini berseliweran.
Lorong berikutnya adalah Time Travel, dengan dinding yang dipenuhi mural tentang Pegunungan Alpen, mulai dari zaman purba hingga berhasil didakinya puncak Jungfrau. Di sini ada patung Adolf Guyer-Zeller, sang penggagas jalur kereta Jungfraujoch. Lalu ada lorong yang berisi foto-foto dan suasana pembuatan jalur kereta dan pengeboran perut gunung. Di dinding lorong ada 30 plakat nama, yang didedikasikan untuk menghormati para pekerja yang meninggal dalam proyek ini, yang umumnya berasal dari Italia.
Kalau suka belajar bebatuan gunung, jangan lewatkan Karst Cave, sebuah gua di gunung dengan bebatuannya yang unik, di jembatan penghubung menuju Ice Palace. Di istana es yang bersuhu -3 oC ini semua lorong, ceruk, dan patung-patungnya dipahat dari es. Istana ini dibangun sejak tahun 1934, dan konon beberapa bagiannya ‘bergerak’ dengan kecepatan 15 cm per tahun. Meski di setiap lorong disediakan pagar besi untuk pegangan, kita mesti berhati-hati saat melangkah karena lantai es di sini licin.
Sebelum pulang, jangan lupa memborong cokelat dan meminta paspor Jungfrau Railway Centenary Passport di toko suvenir, lalu bisa kita stempel sendiri di sebuah mesin di sini, sebagai kenang-kenangan bahwa kita telah sampai ke Jungfraujoch.
Copyrights © 2024 PT BET Obaja International. All Rights Reserved